JOMBANG – Sebagai pendidik, dosen dituntut mampu menuangkan hasil penelitian dan gagasannya ke dalam artikel jurnal. Ini sesuai amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sehingga publikasi ilmiah menjadi keniscayaan bagi pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan.
Kesadaran ini tampak dari kegiatan Workshop Menulis Artikel Jurnal Ilmiah yang digelar STIT Urwatul Wutsqo, Kamis (13/10). Hadir sebagai narasumber adalah Nur Hidayat Wakhid Udin. Alumni McGill University Kanada ini menjadi wakil ketua penyunting jurnal Islamica dan Teosofia. Keduanya sudah berstatus terakreditasi.
Kegiatan ini diikuti 28 peserta. “Selain dosen dari kampus ini, peserta juga berasal dari STIT Muhammadiyah Bangil Pasuruan, IAI Uluwiyah Mojokerto, Unhasy Tebuireng, STKIP PGRI Jombang dan STAI Darussalam Nganjuk,” ujar ketua panitia Ali Mustofa.
Workshop ini digelar, lanjut Ali, agar para dosen memiliki gairah dan kompetensi dalam menyusun artikel jurnal. “Minimal layak dimuat di jurnal Ilmuna yang dimiliki kampus ini,” ujarnya. “Meskipun itu usaha yang tidak mudah buat kami untuk mewujudkannya,” imbuhnya.
Saat memaparkan materi, Nur Hidayat menjelaskan bahwa menulis artikel di jurnal bagi dosen adalah suatu keniscayaan. “Baik demi kepentingan pragmatis untuk kenaikan pangkat ataupun kewajiban akademis sebagai sebuah kultur dari seorang dosen,” katanya.
Agar artikel yang dikirim layak dimuat di sebuah jurnal, Nur Hidayat memberikan beberapa trik. “Calon penulis harus mengenali jurnal dan memahami gaya selingkungnya,” ucapnya. “Di samping juga harus jeli untuk membaca dengan cermat terhadap artikel-artikel yang telah dimuat di jurnal itu,” imbuhnya.
Artikel yang dikirim, lanjutnya, juga harus memuat unsur kebaruan. Artinya, ada hal baru yang ditawarkan dari tulisan yang dikirim. “Dalam istilah jurnal hal ini disebut novelty,” paparnya.
Pada level dosen, artikel jurnal bisa diperoleh dari hasil penelitian skripsi yang ditulis mahasiswanya. “Caranya hasil skripsi itu diedit sedemikian rupa agar sesuai dengan gaya selingkung jurnal,” imbuhnya. Soal nama penulis, harus dicantumkan nama dosen dan mahasiswanya. “Terserah siapa yang dijadikan penulis pertama,” ujarnya.
Kegiatan ini tidak sekedar berteori. Para peserta langsung diajak mempraktekkan menyusun artikel yang baik. Dengan dipandu dari narasumber tentunya.
Salah satu peserta dari STAI Darussalam Nganjuk mengatakan bahwa kegiatan ini sangat membantu dirinya dalam menghasilkan artikel jurnal. “Karena dosen itu tidak hanya memberikan perkuliahan, namun juga mempublikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan,” ujar Mukani.
Hal senada diungkapkan Muhammad Fatkurrohman. Dosen Unhasy Tebuireng ini mengakui sering mengalami berubahnya alur pikir dari tulisan yang sedang disusun. Bahkan di tengah tulisan sering kehabisan ide. “Namun seolah saya memperoleh pencerahan setelah memperoleh trik dari narasumber,” ujarnya.
“Lewat workshop ini saya memperoleh gairah menulis kembali yang kemarin sempat hilang,” ujar Abdul Munib, peserta lainnya. “Pengalaman baru buat saya untuk tidak sekedar mengetahui menulis jurnal itu seperti apa?” kata Raswan. Dosen IAI Uluwiyah Mojokerto ini menggarisbawahi bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi ilmu kepenulisan para dosen. (muk)